STIMATA – STMIK Pradnya Paramita

Pengabdian Masyarakat

STMIK PPKIA Pradnya Paramita Berkomitmen Mengembangkan UMKM Batik di Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan

Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang dapat menangkap peluang terbukanya MEA ini. Selama ini ekonomi kreatif terus berkembang seiring perkembangan teknologi informasi yang melahirkan wujud kreativitas baru dalam bentuk industri kreatif berdasarkan budaya lokal dan ilmu pengetahuan. Ekonomi kreatif tidak hanya mengenai penciptaan nilai tambah secara ekonomi, tetapi juga penciptaan nilai tambah secara sosial, budaya, dan lingkungan. Salah satu program nyata Nawa Cita yang digagas oleh Presiden Joko Widodo adalah dengan menempatkan ekonomi kreatif sebagai salah satu sektor perekonomian yang penting. Industri kreatif sebagai salah satu sub-sistem ekonomi kreatif tidak hanya menghasilkan produk-produk dari seni budaya saja, tetapi juga mulai menghasilkan produk-produk yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Industri kreatif di semua negara menunjukkan pertumbuhan yang lebih besar dari rata-rata pertumbuhan ekonomi global, termasuk juga kontribusinya dalam penciptaan lapangan pekerjaan, nilai tambah, dan jumlah usaha.

Sebagai salah satu hasil budaya asli Indonesia, batik merupakan jenis kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari salah satu warisan dunia yang telah dikenal sejak lama. Batik merupakan seni menggambar atau melukis di atas kain mori dengan motif tertentu dengan mengunakan malam dan canting. Pada awalnya batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu.Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan industri batik di Indonesia, masyarakat tiap daerah di Indonesia seakan berlomba untuk mengembangkan batik dengan ciri khas dan karakter daerahnya masing-masing sebagai simbol eksistensi budaya dan potensi daerahnya.

Masyarakat di Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan Jawa Timur tidak ketinggalan untuk ikut mengembangkan batik dengan ciri khas motif gunung Pananjakan dengan pemandangannya, bunga Krisan dan motif bunga Sedap Malam yang banyak tumbuh di Kabupaten Pasuruan. Guna mendorong tumbuh kembangnya pengrajin-pengrajin batik serta pasar batik yang potensial, saat ini pemerintah Kabupaten Pasuruan mewajibkan PNS mempunyai dan mengenakan batik bermotif khas Kabupaten Pasuruan. Para pengrajin batik di Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan telah menjalankan usahanya sejak sekitar tahun 2013. Batik dibuat dengan cara yang masih tradisional, yaitu dengan menulis langsung ke kain mori/katun menggunakan peralatan canting. Waktu pengerjaan 1 (satu) lembar kain batik sekitar 5 hari. Lamanya waktu pengerjaan batik dan tingkat kesulitan pembuatannya, mengakibatkan harga jualnya menjadi mahal, yaitu antara Rp. 350.000,- sampai dengan Rp. 1.000.000,-. Harga jual yang mahal tersebut kurang dapat bersaing di pasaran. Hanya kalangan tertentu yang dapat menjangkau/membeli batik dengan harga di kisaran tersebut.

Pengembangan usaha batik di Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan masih sangat menjanjikan, hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor; (1) permintaan produk batik dan turunannya terus meningkat; (2) terdapat banyak pengrajin batik yang potensial sebagai modal sosial yang sangat penting untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan; (3) adanya kebijakan pemerintah daerah yang mendorong tumbuh-kembangnya usaha batik sebagai salah satu industri kreatif asli daerah Kabupaten Pasuruan; serta (4) adanya peluang untuk memanfaatkan kemajuan teknologi informasi guna memperluas area pemasaran produk. Namun berbagai faktor tersebut, tidak serta merta dapat diwujudkan menjadi salah satu industri kreatif andalan Kabupaten Pasuruan. Para pengrajin batik memerlukan banyak bantuan untuk pengembangan usahanya, baik secara kualitas maupun kuantitas produksinya. Pengrajin batik di Kecamatan Bangil masih menghadapi beberapa permasalahan, yaitu; (1) proses memproduksi batik memakan waktu yang cukup lama dengan hasil yang kurang baik; (2) peralatan membatik yang digunakan jumlahnya yang sangat terbatas, sehingga produksinya masih minim; (3) proses pemasarannya pun masih sangat terbatas dikarenakan jumlah produksi masih sedikit dan dipasarkan secara konvensional, sehingga pemasarannya belum optimal; dan (4) belum diterapkannya manajemen usaha yang baik dalam pengembangan usahanya. Diperlukan pemikiran untuk mencari jalan keluar agar produk batik hasil produksi para pengrajin batik dapat dijangkau oleh banyak kalangan. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan alat cap motif batik dan alat celup untuk pewarnaan dalam proses produksi batik. Pemanfaatan alat produksi tersebut dapat mempercepat proses produksi batik. Estimasi produksi dalam 1 (satu) hari dapat dihasilkan sekitar 20 (dua puluh) lembar, sehingga perbandingannya dengan cara tradisional adalah 1:100. Harga jual batik hasil produksi dengan menggunakan alat cap dapat ditekan hingga di kisaran Rp. 200.000,- sampai dengan Rp. 300.000,-. Hal ini tentunya dapat mendorong lebih banyak lagi kalangan masyarakat yang bisa menjangkaunya.

Berangkat dari pemikiran tersebut, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat STMIK PPKIA Pradnya Paramita (STIMATA) yang diketuai oleh Bapak Sujito, S.Kom., M.Pd., MMSI., dan beranggotakan Bapak Mahmud Yunus, S.Kom., M.Pd., M.T., serta Ibu Sri Esti Trisno Sami, S.T., MMSI telah melakukan upaya-upaya pembinaan bagi para pengrajin batik di Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan, melalui skema Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang dibiayai oleh DRPM Kemenristek Dikti. Program pembinaan yang telah dilaksanakan sejak bulan Mei 2017 lalu, adalah; (1) pelatihan perbaikan proses produksi dengan penggunaan alat-alat produksi yang lebih baik seperti (a) penggunaan alat cap motif batik, wajan dan meja cap untuk mempercepat proses pencetakan motif batik ke kain; dan (b) penggunaan bak celup, kompor jos dan panci lorod untuk proses pewarnaan batik yang lebih baik; (2) pemanfaatan media online untuk pengembangan sistem pemasaran produk batik yang dihasilkan mitra; (3) pelatihan manajemen usaha mitra meliputi (a) perbaikan sistem perencanaan pengadaan bahan baku; (b) perbaikan sistem produksi dan pengendalian kualitas, serta (c) perbaikan sistem akuntansi

Adapun tujuan akhir dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui PKM yang akan terus dilakukan hingga akhir bulan Nopember 2017, adalah untuk membantu meningkatkan status mitra usaha dari usaha rumah tangga menjadi usaha mikro dengan cara membantu mitra pengrajin batik untuk dapat (1) menghasilkan produk batik yang lebih berkualitas dan meningkat secara kuantitas, melalui pelatihan perbaikan proses produksi; (2) mengembangkan sistem pemasaran produk secara online guna memperluas daerah pemasaran, melalui pelatihan penggunaan teknologi internet untuk pemasaran; dan (3) meningkatkan kemampuan manajerial usahanya. Beberapa peningkatan tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan daya saing produk batik dan penghasilan (taraf ekonomi) para mitra batik di Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Tinggalkan Balasan